CERPEN PATAH HATI
PACAR 7 JAM
Apa yang akan kau lakukan jika ada seseorang yang dengan jelas mempermainkan perasaanmu? Dengan cepat ia membawamu terbang, kemudian dengan keras membantingmu ke bumi? Menangis? Jelas. Atau menyumpahi orang itu? Mungkin juga. Atau… tetap mencintainya dan ingin terus bersamanya? Jika itu yang kau lakukan, berarti kau sudah gila.
Kisahku berawal ketika aku memasuki kuliyah di salah sat
u Universitas swasta di Parepare. Kala itu aku masih begitu lugu dan tak begitu mengerti tentang hukum alam percintaan di dunia ini. Pada awalnya aku tak begitu memperhatikan keberadaannya. Aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja. Begitupun dengannya. Sampai pada akhirnya, jiwa kejahilanku keluar. Aku mencari tahu nomer handphone nya dan aku mengerjainya. Aku berkata bahwa aku dekat dengannya, dan aku sudah memgang semua kartunya. Aku tahu semua kebiasaannya dan juga aku berkata bahwa aku tahu semua tentangnya. Dia terlihat sedikit marah dan juga begitu penasaran denganku.
Sampai pada akhirnya, kedokku terbuka juga. Aku mengaku bahwa akulah yang selama ini mengerjainya, dengan sms-sms yang tidak penting itu.
“Apa kamu bilang ga penting?” katanya dengan nada yang sedikit tinggi. Apa aku salah bicara? Apakah sms-smsku selama ini benar-benar membuatnya muak dan menjadi sebegini marahnya?
“Aku minta maaf ya Ris, aku kan cuma becanda” kataku berharap dia akan memaafkanku
“Becanda…? Oh.. jadi begitu” perkataannya kali ini benar-benar membuatku bingung. Apa maksud dari “Oh… jadi begitu”. Aku benar-benar tak mengerti.
Dia berkata dia telah memaafkanku. Tetapi hubunganku dengannya tak seakrab dulu, dia menjauh dariku. Bahkan kita tidak pernah mengobrol lagi. Suasana di kelaspun menjadi tidak nyaman untukku. Aku begitu ingin menyapanya, tetapi setiap kali aku menyapanya dia bereaksi sangat dingin. Aku menjadi enggan. Sejak saat itu aku menjadi sering memikirkannya. Aku selalu berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan maaf darinya. Dari situlah, benih-benih cinta mulai tumbuh. Semakin hari semakin subur berkembang. Bagaimana bisa ini terjadi? Aku semakin tersiksa dengan perasaan ini. Sikapnya yang begitu cuek membuatku semakin tertekan.
***
Kamu pasti bisa ilangin perasaan ini kataku seraya memukul-mukuli kepalaku. Mencoba tersadar dari mimpi buruk yang akan menyerang hidupku. Bagaimana tidak, saat ini Rusmin tengah menjalin cinta dengan seorang wanita. Wanita itu adalah teman satu SMP-nya dulu, Mona namanya. Aku tidak mungkin menjadi pihak ketiga yang akan menghancurkan hubungan mereka. Dan aku juga tidak mungkin merebut Rusmin dari wanita itu. Hari demi hari kulalui dengan sangat berat. Mengapa dia terlihat begitu sempurna di mataku. Bukankah dia tak begitu special. Jika dibandingkan dengan Rusmin dan Halid, dia jelas urutan ke-3. Rusmin pintar, tampan dan juga kaya. Sedang Halid, dia tampan dan juga pintar. Lalu Rusmin, dia hanya terlihat sedikit enak dipandang. Hanya itu. Entahlah sejak kapan aku mulai membanding-bandingkan mereka. Mungkin karena aku yang tak dapat menemukan alasan untuk melupakannya dan membuang rasa cinta ini untuknya.
Malam itu kucoba membenamkan kepalaku dalam empuknya bantal dihamparan kasur berseprei putihku. Memejamkan mata dan mulai berpikir bagaimana cara untuk melupakannya. Karena semakin lama, aku semakin menginginkannya. Namun.., wajah indah dan tenangnyalah yang terus-menerus appear. Tatapan mata yang teduh dan juga aroma wangi tubuhnya yang sempat menyarang di otakku. Semuanya merajai hati dan pikiranku.
“Ah…!!! Bagaimana ini?” kataku setengah berteriak. Tak lama senyum simpul bertengger di bibirku. Mungkin menjadi seorang secret admirer tidak apa-apa. Kubiarkan perasaan ini menguasai segalanya. Aku tetap membuka lebar hatiku untuknya.
Tak tahu dari mana awalnya, perlahan hubungan pertemananku dengannya semakin membaik. Sungguh menggembirakan. Entah mengapa tiba-tiba dia menceritakan semua masalahnya padaku. Mulai dari keluarganya dan juga pacarnya, Yuyun. Aku berusaha menjadi good listener dan juga good counsellor. Semakin hari semuanya mulai terlihat membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan hubungannya dengan Yuyun.
“Kenapa?” tanyaku padanya ketika dia menceritakan tentang nasib hubungannya dengan Yuyun.
“Apa aku belum cerita? Dia tidak cocok denganku. Dia perfectionist. Dia ingin semuanya sempurna. Begitupun dengan perlakuanku kepadanya. Tak ada yang boleh melenceng dari apa yang sudah dia katakan dan rencanakan. Aku tertekan Ris. Aku ga sanggup” terangnya panjang lebar. Sesaat aku merasa begitu bahagia. Rasanya seperti menemukan oase di tengah gurun Sahara. Sejuk. Kini dia sendiri. Tak ada yang mengikatnya.
Hari demi hari kulalui dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan. Aku dan Rusmin pun semakin dekat. Sampai pada suatu ketika dia menanyakan hal yang tak pernah aku kira sebelumnya.
“Ris.., aku pingin ngomong ma kamu. Penting!!!” katanya dari ujung telephone.
“Mau ngomng apa?” kataku penasaran
“Nanti malem aku kerumahmu ya. Ga enak ngomonginnya di telephone” aku pun mengiyakan permintaannya. Malam itu aku berdandan secantik mungkin. Dan sedikit berlatih di depan kaca agar tidak terlihat gugup nantinya.
Tak lama dia datang, dengan stel-an jeans dan T-Shirt berwarna biru. Dia terlihat tampan. Aku pun menyuruhnya masuk. Awalnya kita hanya membahas hal-hal yang ringan, sampai pada akhirnya dia bertanya
“Aku cuma pingin masti’in tentang satu hal ke kamu.” Katanya lagi. Aku hanya diam seraya menatapnya penuh heran. Ada apa sebenarnya?
“Apa bener kamu sayang sama aku?” tanyanya yang hampir membuat degupan jatungku terhenti. Apa ini? Bagaimana bisa dia tahu akan hal ini? Dan apa yang harus aku katakan. Aku harus menjawab apa?
“Kok tanyanya gitu?” jawabku gugup dengan nada sedikit bergetar, mungkin lebih tepatnya gagap.
“Udah jawab aja” katanya lagi, seraya menatap mataku tajam. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya. Akhirnya aku jawab dengan anggukkan pelan. Dia terlihat sedikit kaget. Namun ada sedikit kebahagiaan dari dalam matanya. Apakah dia juga memiliki perasaan yang sama denganku?
Malam itu tepat pukul 20.55 aku resmi menjadi pacarnya. Sungguh senang hati ini. Akhirnya aku bisa bersamanya. Mendapatkannya dan memiliki hatinya. Seperti mendapatkan hujan dipenghujung musim panas. Begitulah rasanya. Malam itu adalah malam yang sangat indah. Yang tak akan pernah aku lupakan.
Tapi…, tepat pukul 02.50, mimpi buruk datang tanpa permisi. Secara sepihak dia memutuskan hubungan yang baru saja terjalin selama 7 jam. Dan itu melalui pesan singkat yang dia kirim kepadaku. Rasanya sakit sekali. Awalnya dia membawaku terbang tinggi lalu kemudian dia menghempaskanku dengan keras ke bumi. Rasanya sakit dan sesak sekali. What’s going on boy? Kalimat itulah yang pertama keluar dari mulutku. Ada apa dengannya? Pesan singkat mematikan itu kubuka dan kubaca dengan teliti. Berkali-kali aku membacanya, namun isinya masih tetap sama…
“Sorry, setelah aku pikir-pikir. Aku ga mau bohong sama perasaanku sendiri. Sebenernya aku masih sayang sama Yuyun. Jadi daripada kita pacaran karena terpaksa, lebih baik k
lebih baiklebih baik k *sebagian teks hilang*”
Pesan yang tak lengkap, membuatku begitu muak !!!
Apa yang akan kau lakukan jika ada seseorang yang dengan jelas mempermainkan perasaanmu? Dengan cepat ia membawamu terbang, kemudian dengan keras membantingmu ke bumi? Menangis? Jelas. Atau menyumpahi orang itu? Mungkin juga. Atau… tetap mencintainya dan ingin terus bersamanya? Jika itu yang kau lakukan, berarti kau sudah gila.
Kisahku berawal ketika aku memasuki kuliyah di salah satu Universitas swasta di Parepare. Kala itu aku masih begitu lugu dan tak begitu mengerti tentang hukum alam percintaan di dunia ini. Pada awalnya aku tak begitu memperhatikan keberadaannya. Aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja. Begitupun dengannya. Sampai pada akhirnya, jiwa kejahilanku keluar. Aku mencari tahu nomer handphone nya dan aku mengerjainya. Aku berkata bahwa aku dekat dengannya, dan aku sudah memgang semua kartunya. Aku tahu semua kebiasaannya dan juga aku berkata bahwa aku tahu semua tentangnya. Dia terlihat sedikit marah dan juga begitu penasaran denganku.
Sampai pada akhirnya, kedokku terbuka juga. Aku mengaku bahwa akulah yang selama ini mengerjainya, dengan sms-sms yang tidak penting itu.
“Apa kamu bilang ga penting?” katanya dengan nada yang sedikit tinggi. Apa aku salah bicara? Apakah sms-smsku selama ini benar-benar membuatnya muak dan menjadi sebegini marahnya?
“Aku minta maaf ya Yud, aku kan cuma becanda” kataku berharap dia akan memaafkanku
“Becanda…? Oh.. jadi begitu” perkataannya kali ini benar-benar membuatku bingung. Apa maksud dari “Oh… jadi begitu”. Aku benar-benar tak mengerti.
Dia berkata dia telah memaafkanku. Tetapi hubunganku dengannya tak seakrab dulu, dia menjauh dariku. Bahkan kita tidak pernah mengobrol lagi. Suasana di kelaspun menjadi tidak nyaman untukku. Aku begitu ingin menyapanya, tetapi setiap kali aku menyapanya dia bereaksi sangat dingin. Aku menjadi enggan. Sejak saat itu aku menjadi sering memikirkannya. Aku selalu berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan maaf darinya. Dari situlah, benih-benih cinta mulai tumbuh. Semakin hari semakin subur berkembang. Bagaimana bisa ini terjadi? Aku semakin tersiksa dengan perasaan ini. Sikapnya yang begitu cuek membuatku semakin tertekan.
***
Kamu pasti bisa ilangin perasaan ini kataku seraya memukul-mukuli kepalaku. Mencoba tersadar dari mimpi buruk yang akan menyerang hidupku. Bagaimana tidak, saat ini Rusmin tengah menjalin cinta dengan seorang wanita. Wanita itu adalah teman satu SMP-nya dulu, Yuyun namanya. Aku tidak mungkin menjadi pihak ketiga yang akan menghancurkan hubungan mereka. Dan aku juga tidak mungkin merebut Rusmin dari wanita itu. Hari demi hari kulalui dengan sangat berat. Mengapa dia terlihat begitu sempurna di mataku. Bukankah dia tak begitu special. Jika dibandingkan dengan Rusmin dan Halid, dia jelas urutan ke-3. Rusmin pintar, tampan dan juga kaya. Sedang Halid, dia tampan dan juga pintar. Lalu Rusmin, dia hanya terlihat sedikit enak dipandang. Hanya itu. Entahlah sejak kapan aku mulai membanding-bandingkan mereka. Mungkin karena aku yang tak dapat menemukan alasan untuk melupakannya dan membuang rasa cinta ini untuknya.
Malam itu kucoba membenamkan kepalaku dalam empuknya bantal dihamparan kasur berseprei putihku. Memejamkan mata dan mulai berpikir bagaimana cara untuk melupakannya. Karena semakin lama, aku semakin menginginkannya. Namun.., wajah indah dan tenangnyalah yang terus-menerus appear. Tatapan mata yang teduh dan juga aroma wangi tubuhnya yang sempat menyarang di otakku. Semuanya merajai hati dan pikiranku.
“Ah…!!! Bagaimana ini?” kataku setengah berteriak. Tak lama senyum simpul bertengger di bibirku. Mungkin menjadi seorang secret admirer tidak apa-apa. Kubiarkan perasaan ini menguasai segalanya. Aku tetap membuka lebar hatiku untuknya.
Tak tahu dari mana awalnya, perlahan hubungan pertemananku dengannya semakin membaik. Sungguh menggembirakan. Entah mengapa tiba-tiba dia menceritakan semua masalahnya padaku. Mulai dari keluarganya dan juga pacarnya, Yuyun. Aku berusaha menjadi good listener dan juga good counsellor. Semakin hari semuanya mulai terlihat membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan hubungannya dengan Yuyun.
“Kenapa?” tanyaku padanya ketika dia menceritakan tentang nasib hubungannya dengan Yuyun.
“Apa aku belum cerita? Dia tidak cocok denganku. Dia perfectionist. Dia ingin semuanya sempurna. Begitupun dengan perlakuanku kepadanya. Tak ada yang boleh melenceng dari apa yang sudah dia katakan dan rencanakan. Aku tertekan Ris. Aku ga sanggup” terangnya panjang lebar. Sesaat aku merasa begitu bahagia. Rasanya seperti menemukan oase di tengah gurun Sahara. Sejuk. Kini dia sendiri. Tak ada yang mengikatnya.
Hari demi hari kulalui dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan. Aku dan Rusmin pun semakin dekat. Sampai pada suatu ketika dia menanyakan hal yang tak pernah aku kira sebelumnya.
“Ris.., aku pingin ngomong ma kamu. Penting!!!” katanya dari ujung telephone.
“Mau ngomng apa?” kataku penasaran
“Nanti malem aku kerumahmu ya. Ga enak ngomonginnya di telephone” aku pun mengiyakan permintaannya. Malam itu aku berdandan secantik mungkin. Dan sedikit berlatih di depan kaca agar tidak terlihat gugup nantinya.
Tak lama dia datang, dengan stel-an jeans dan T-Shirt berwarna biru. Dia terlihat tampan. Aku pun menyuruhnya masuk. Awalnya kita hanya membahas hal-hal yang ringan, sampai pada akhirnya dia bertanya
“Aku cuma pingin masti’in tentang satu hal ke kamu.” Katanya lagi. Aku hanya diam seraya menatapnya penuh heran. Ada apa sebenarnya?
“Apa bener kamu sayang sama aku?” tanyanya yang hampir membuat degupan jatungku terhenti. Apa ini? Bagaimana bisa dia tahu akan hal ini? Dan apa yang harus aku katakan. Aku harus menjawab apa?
“Kok tanyanya gitu?” jawabku gugup dengan nada sedikit bergetar, mungkin lebih tepatnya gagap.
“Udah jawab aja” katanya lagi, seraya menatap mataku tajam. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya. Akhirnya aku jawab dengan anggukkan pelan. Dia terlihat sedikit kaget. Namun ada sedikit kebahagiaan dari dalam matanya. Apakah dia juga memiliki perasaan yang sama denganku?
Malam itu tepat pukul 20.55 aku resmi menjadi pacarnya. Sungguh senang hati ini. Akhirnya aku bisa bersamanya. Mendapatkannya dan memiliki hatinya. Seperti mendapatkan hujan dipenghujung musim panas. Begitulah rasanya. Malam itu adalah malam yang sangat indah. Yang tak akan pernah aku lupakan.
Tapi…, tepat pukul 02.50, mimpi buruk datang tanpa permisi. Secara sepihak dia memutuskan hubungan yang baru saja terjalin selama 7 jam. Dan itu melalui pesan singkat yang dia kirim kepadaku. Rasanya sakit sekali. Awalnya dia membawaku terbang tinggi lalu kemudian dia menghempaskanku dengan keras ke bumi. Rasanya sakit dan sesak sekali. What’s going on boy? Kalimat itulah yang pertama keluar dari mulutku. Ada apa dengannya? Pesan singkat mematikan itu kubuka dan kubaca dengan teliti. Berkali-kali aku membacanya, namun isinya masih tetap sama…
“Sorry, setelah aku pikir-pikir. Aku ga mau bohong sama perasaanku sendiri. Sebenernya aku masih sayang sama Yuyun. Jadi daripada kita pacaran karena terpaksa, lebih baik k
lebih baiklebih baik k *sebagian teks hilang*”
Pesan yang tak lengkap, membuatku begitu muak !!!
Parepare 5-5-2013 Kost kecilku
Sampai pada akhirnya, kedokku terbuka juga. Aku mengaku bahwa akulah yang selama ini mengerjainya, dengan sms-sms yang tidak penting itu.
“Apa kamu bilang ga penting?” katanya dengan nada yang sedikit tinggi. Apa aku salah bicara? Apakah sms-smsku selama ini benar-benar membuatnya muak dan menjadi sebegini marahnya?
“Aku minta maaf ya Ris, aku kan cuma becanda” kataku berharap dia akan memaafkanku
“Becanda…? Oh.. jadi begitu” perkataannya kali ini benar-benar membuatku bingung. Apa maksud dari “Oh… jadi begitu”. Aku benar-benar tak mengerti.
Dia berkata dia telah memaafkanku. Tetapi hubunganku dengannya tak seakrab dulu, dia menjauh dariku. Bahkan kita tidak pernah mengobrol lagi. Suasana di kelaspun menjadi tidak nyaman untukku. Aku begitu ingin menyapanya, tetapi setiap kali aku menyapanya dia bereaksi sangat dingin. Aku menjadi enggan. Sejak saat itu aku menjadi sering memikirkannya. Aku selalu berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan maaf darinya. Dari situlah, benih-benih cinta mulai tumbuh. Semakin hari semakin subur berkembang. Bagaimana bisa ini terjadi? Aku semakin tersiksa dengan perasaan ini. Sikapnya yang begitu cuek membuatku semakin tertekan.
***
Kamu pasti bisa ilangin perasaan ini kataku seraya memukul-mukuli kepalaku. Mencoba tersadar dari mimpi buruk yang akan menyerang hidupku. Bagaimana tidak, saat ini Rusmin tengah menjalin cinta dengan seorang wanita. Wanita itu adalah teman satu SMP-nya dulu, Mona namanya. Aku tidak mungkin menjadi pihak ketiga yang akan menghancurkan hubungan mereka. Dan aku juga tidak mungkin merebut Rusmin dari wanita itu. Hari demi hari kulalui dengan sangat berat. Mengapa dia terlihat begitu sempurna di mataku. Bukankah dia tak begitu special. Jika dibandingkan dengan Rusmin dan Halid, dia jelas urutan ke-3. Rusmin pintar, tampan dan juga kaya. Sedang Halid, dia tampan dan juga pintar. Lalu Rusmin, dia hanya terlihat sedikit enak dipandang. Hanya itu. Entahlah sejak kapan aku mulai membanding-bandingkan mereka. Mungkin karena aku yang tak dapat menemukan alasan untuk melupakannya dan membuang rasa cinta ini untuknya.
Malam itu kucoba membenamkan kepalaku dalam empuknya bantal dihamparan kasur berseprei putihku. Memejamkan mata dan mulai berpikir bagaimana cara untuk melupakannya. Karena semakin lama, aku semakin menginginkannya. Namun.., wajah indah dan tenangnyalah yang terus-menerus appear. Tatapan mata yang teduh dan juga aroma wangi tubuhnya yang sempat menyarang di otakku. Semuanya merajai hati dan pikiranku.
“Ah…!!! Bagaimana ini?” kataku setengah berteriak. Tak lama senyum simpul bertengger di bibirku. Mungkin menjadi seorang secret admirer tidak apa-apa. Kubiarkan perasaan ini menguasai segalanya. Aku tetap membuka lebar hatiku untuknya.
Tak tahu dari mana awalnya, perlahan hubungan pertemananku dengannya semakin membaik. Sungguh menggembirakan. Entah mengapa tiba-tiba dia menceritakan semua masalahnya padaku. Mulai dari keluarganya dan juga pacarnya, Yuyun. Aku berusaha menjadi good listener dan juga good counsellor. Semakin hari semuanya mulai terlihat membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan hubungannya dengan Yuyun.
“Kenapa?” tanyaku padanya ketika dia menceritakan tentang nasib hubungannya dengan Yuyun.
“Apa aku belum cerita? Dia tidak cocok denganku. Dia perfectionist. Dia ingin semuanya sempurna. Begitupun dengan perlakuanku kepadanya. Tak ada yang boleh melenceng dari apa yang sudah dia katakan dan rencanakan. Aku tertekan Ris. Aku ga sanggup” terangnya panjang lebar. Sesaat aku merasa begitu bahagia. Rasanya seperti menemukan oase di tengah gurun Sahara. Sejuk. Kini dia sendiri. Tak ada yang mengikatnya.
Hari demi hari kulalui dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan. Aku dan Rusmin pun semakin dekat. Sampai pada suatu ketika dia menanyakan hal yang tak pernah aku kira sebelumnya.
“Ris.., aku pingin ngomong ma kamu. Penting!!!” katanya dari ujung telephone.
“Mau ngomng apa?” kataku penasaran
“Nanti malem aku kerumahmu ya. Ga enak ngomonginnya di telephone” aku pun mengiyakan permintaannya. Malam itu aku berdandan secantik mungkin. Dan sedikit berlatih di depan kaca agar tidak terlihat gugup nantinya.
Tak lama dia datang, dengan stel-an jeans dan T-Shirt berwarna biru. Dia terlihat tampan. Aku pun menyuruhnya masuk. Awalnya kita hanya membahas hal-hal yang ringan, sampai pada akhirnya dia bertanya
“Aku cuma pingin masti’in tentang satu hal ke kamu.” Katanya lagi. Aku hanya diam seraya menatapnya penuh heran. Ada apa sebenarnya?
“Apa bener kamu sayang sama aku?” tanyanya yang hampir membuat degupan jatungku terhenti. Apa ini? Bagaimana bisa dia tahu akan hal ini? Dan apa yang harus aku katakan. Aku harus menjawab apa?
“Kok tanyanya gitu?” jawabku gugup dengan nada sedikit bergetar, mungkin lebih tepatnya gagap.
“Udah jawab aja” katanya lagi, seraya menatap mataku tajam. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya. Akhirnya aku jawab dengan anggukkan pelan. Dia terlihat sedikit kaget. Namun ada sedikit kebahagiaan dari dalam matanya. Apakah dia juga memiliki perasaan yang sama denganku?
Malam itu tepat pukul 20.55 aku resmi menjadi pacarnya. Sungguh senang hati ini. Akhirnya aku bisa bersamanya. Mendapatkannya dan memiliki hatinya. Seperti mendapatkan hujan dipenghujung musim panas. Begitulah rasanya. Malam itu adalah malam yang sangat indah. Yang tak akan pernah aku lupakan.
Tapi…, tepat pukul 02.50, mimpi buruk datang tanpa permisi. Secara sepihak dia memutuskan hubungan yang baru saja terjalin selama 7 jam. Dan itu melalui pesan singkat yang dia kirim kepadaku. Rasanya sakit sekali. Awalnya dia membawaku terbang tinggi lalu kemudian dia menghempaskanku dengan keras ke bumi. Rasanya sakit dan sesak sekali. What’s going on boy? Kalimat itulah yang pertama keluar dari mulutku. Ada apa dengannya? Pesan singkat mematikan itu kubuka dan kubaca dengan teliti. Berkali-kali aku membacanya, namun isinya masih tetap sama…
“Sorry, setelah aku pikir-pikir. Aku ga mau bohong sama perasaanku sendiri. Sebenernya aku masih sayang sama Yuyun. Jadi daripada kita pacaran karena terpaksa, lebih baik k
lebih baiklebih baik k *sebagian teks hilang*”
Pesan yang tak lengkap, membuatku begitu muak !!!
Apa yang akan kau lakukan jika ada seseorang yang dengan jelas mempermainkan perasaanmu? Dengan cepat ia membawamu terbang, kemudian dengan keras membantingmu ke bumi? Menangis? Jelas. Atau menyumpahi orang itu? Mungkin juga. Atau… tetap mencintainya dan ingin terus bersamanya? Jika itu yang kau lakukan, berarti kau sudah gila.
Kisahku berawal ketika aku memasuki kuliyah di salah satu Universitas swasta di Parepare. Kala itu aku masih begitu lugu dan tak begitu mengerti tentang hukum alam percintaan di dunia ini. Pada awalnya aku tak begitu memperhatikan keberadaannya. Aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja. Begitupun dengannya. Sampai pada akhirnya, jiwa kejahilanku keluar. Aku mencari tahu nomer handphone nya dan aku mengerjainya. Aku berkata bahwa aku dekat dengannya, dan aku sudah memgang semua kartunya. Aku tahu semua kebiasaannya dan juga aku berkata bahwa aku tahu semua tentangnya. Dia terlihat sedikit marah dan juga begitu penasaran denganku.
Sampai pada akhirnya, kedokku terbuka juga. Aku mengaku bahwa akulah yang selama ini mengerjainya, dengan sms-sms yang tidak penting itu.
“Apa kamu bilang ga penting?” katanya dengan nada yang sedikit tinggi. Apa aku salah bicara? Apakah sms-smsku selama ini benar-benar membuatnya muak dan menjadi sebegini marahnya?
“Aku minta maaf ya Yud, aku kan cuma becanda” kataku berharap dia akan memaafkanku
“Becanda…? Oh.. jadi begitu” perkataannya kali ini benar-benar membuatku bingung. Apa maksud dari “Oh… jadi begitu”. Aku benar-benar tak mengerti.
Dia berkata dia telah memaafkanku. Tetapi hubunganku dengannya tak seakrab dulu, dia menjauh dariku. Bahkan kita tidak pernah mengobrol lagi. Suasana di kelaspun menjadi tidak nyaman untukku. Aku begitu ingin menyapanya, tetapi setiap kali aku menyapanya dia bereaksi sangat dingin. Aku menjadi enggan. Sejak saat itu aku menjadi sering memikirkannya. Aku selalu berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan maaf darinya. Dari situlah, benih-benih cinta mulai tumbuh. Semakin hari semakin subur berkembang. Bagaimana bisa ini terjadi? Aku semakin tersiksa dengan perasaan ini. Sikapnya yang begitu cuek membuatku semakin tertekan.
***
Kamu pasti bisa ilangin perasaan ini kataku seraya memukul-mukuli kepalaku. Mencoba tersadar dari mimpi buruk yang akan menyerang hidupku. Bagaimana tidak, saat ini Rusmin tengah menjalin cinta dengan seorang wanita. Wanita itu adalah teman satu SMP-nya dulu, Yuyun namanya. Aku tidak mungkin menjadi pihak ketiga yang akan menghancurkan hubungan mereka. Dan aku juga tidak mungkin merebut Rusmin dari wanita itu. Hari demi hari kulalui dengan sangat berat. Mengapa dia terlihat begitu sempurna di mataku. Bukankah dia tak begitu special. Jika dibandingkan dengan Rusmin dan Halid, dia jelas urutan ke-3. Rusmin pintar, tampan dan juga kaya. Sedang Halid, dia tampan dan juga pintar. Lalu Rusmin, dia hanya terlihat sedikit enak dipandang. Hanya itu. Entahlah sejak kapan aku mulai membanding-bandingkan mereka. Mungkin karena aku yang tak dapat menemukan alasan untuk melupakannya dan membuang rasa cinta ini untuknya.
Malam itu kucoba membenamkan kepalaku dalam empuknya bantal dihamparan kasur berseprei putihku. Memejamkan mata dan mulai berpikir bagaimana cara untuk melupakannya. Karena semakin lama, aku semakin menginginkannya. Namun.., wajah indah dan tenangnyalah yang terus-menerus appear. Tatapan mata yang teduh dan juga aroma wangi tubuhnya yang sempat menyarang di otakku. Semuanya merajai hati dan pikiranku.
“Ah…!!! Bagaimana ini?” kataku setengah berteriak. Tak lama senyum simpul bertengger di bibirku. Mungkin menjadi seorang secret admirer tidak apa-apa. Kubiarkan perasaan ini menguasai segalanya. Aku tetap membuka lebar hatiku untuknya.
Tak tahu dari mana awalnya, perlahan hubungan pertemananku dengannya semakin membaik. Sungguh menggembirakan. Entah mengapa tiba-tiba dia menceritakan semua masalahnya padaku. Mulai dari keluarganya dan juga pacarnya, Yuyun. Aku berusaha menjadi good listener dan juga good counsellor. Semakin hari semuanya mulai terlihat membaik, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sampai pada akhirnya, dia memutuskan hubungannya dengan Yuyun.
“Kenapa?” tanyaku padanya ketika dia menceritakan tentang nasib hubungannya dengan Yuyun.
“Apa aku belum cerita? Dia tidak cocok denganku. Dia perfectionist. Dia ingin semuanya sempurna. Begitupun dengan perlakuanku kepadanya. Tak ada yang boleh melenceng dari apa yang sudah dia katakan dan rencanakan. Aku tertekan Ris. Aku ga sanggup” terangnya panjang lebar. Sesaat aku merasa begitu bahagia. Rasanya seperti menemukan oase di tengah gurun Sahara. Sejuk. Kini dia sendiri. Tak ada yang mengikatnya.
Hari demi hari kulalui dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan. Aku dan Rusmin pun semakin dekat. Sampai pada suatu ketika dia menanyakan hal yang tak pernah aku kira sebelumnya.
“Ris.., aku pingin ngomong ma kamu. Penting!!!” katanya dari ujung telephone.
“Mau ngomng apa?” kataku penasaran
“Nanti malem aku kerumahmu ya. Ga enak ngomonginnya di telephone” aku pun mengiyakan permintaannya. Malam itu aku berdandan secantik mungkin. Dan sedikit berlatih di depan kaca agar tidak terlihat gugup nantinya.
Tak lama dia datang, dengan stel-an jeans dan T-Shirt berwarna biru. Dia terlihat tampan. Aku pun menyuruhnya masuk. Awalnya kita hanya membahas hal-hal yang ringan, sampai pada akhirnya dia bertanya
“Aku cuma pingin masti’in tentang satu hal ke kamu.” Katanya lagi. Aku hanya diam seraya menatapnya penuh heran. Ada apa sebenarnya?
“Apa bener kamu sayang sama aku?” tanyanya yang hampir membuat degupan jatungku terhenti. Apa ini? Bagaimana bisa dia tahu akan hal ini? Dan apa yang harus aku katakan. Aku harus menjawab apa?
“Kok tanyanya gitu?” jawabku gugup dengan nada sedikit bergetar, mungkin lebih tepatnya gagap.
“Udah jawab aja” katanya lagi, seraya menatap mataku tajam. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan segalanya. Akhirnya aku jawab dengan anggukkan pelan. Dia terlihat sedikit kaget. Namun ada sedikit kebahagiaan dari dalam matanya. Apakah dia juga memiliki perasaan yang sama denganku?
Malam itu tepat pukul 20.55 aku resmi menjadi pacarnya. Sungguh senang hati ini. Akhirnya aku bisa bersamanya. Mendapatkannya dan memiliki hatinya. Seperti mendapatkan hujan dipenghujung musim panas. Begitulah rasanya. Malam itu adalah malam yang sangat indah. Yang tak akan pernah aku lupakan.
Tapi…, tepat pukul 02.50, mimpi buruk datang tanpa permisi. Secara sepihak dia memutuskan hubungan yang baru saja terjalin selama 7 jam. Dan itu melalui pesan singkat yang dia kirim kepadaku. Rasanya sakit sekali. Awalnya dia membawaku terbang tinggi lalu kemudian dia menghempaskanku dengan keras ke bumi. Rasanya sakit dan sesak sekali. What’s going on boy? Kalimat itulah yang pertama keluar dari mulutku. Ada apa dengannya? Pesan singkat mematikan itu kubuka dan kubaca dengan teliti. Berkali-kali aku membacanya, namun isinya masih tetap sama…
“Sorry, setelah aku pikir-pikir. Aku ga mau bohong sama perasaanku sendiri. Sebenernya aku masih sayang sama Yuyun. Jadi daripada kita pacaran karena terpaksa, lebih baik k
lebih baiklebih baik k *sebagian teks hilang*”
Pesan yang tak lengkap, membuatku begitu muak !!!
Parepare 5-5-2013 Kost kecilku