Relakan Nafas Terakhirku



RELAKAN NAFAS TERAKHIRKU


CERPEN  Langit senja tersenyum dibalik awan.Terasa letih jejak kenangan hari ini.Kurebahkan tubuhku ke ranjang dan aku langsung mengambil buku diaryku.Ku buka perlahan halaman demi halaman hingga dihalaman terakhir aku menatap foto-fotoku bersama teman-temanku dan juga kekasihku Rusmin.Ku tatapi satu persatu album foto dibalik diaryku.Fotoku bersama seseorang yang bertahta dihatiku.Ya Rusmin.Sudah 6 bulan aku menjalin hubungan dengannya.Bagiku enam bulan itu adalah waktu yang cukup singkat.Aku ingin lebih lama lagi bersama Rusmin,tapi aku sadar usiaku tidak akan lama lagi.Aku ingin menjalani sisa waktuku bersama seseorang yang kini telah menyediakan sedikit waktunya untukku.Aku ingin selalu bersama Rusmin,orang yang kucintai hari ini,esok dan selamanya.
“Aku sangat menyayangimu,Rus.Aku tidak ingin kehilangan kamu.”gumamku lirih.
Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.Aku tersentak seketika.Kuletakkan diaryku di atas meja belajarku dan aku langsung membuka pintu.
“Ada apa kak?” tanyaku pada kak Luna,kakak pertamaku.
“Nggak ada apa-apa.Makan yuk,Ayah sama Bunda udah nunggu di bawah” ajak kak Luna setengah merayu.
“Iya kak,kakak duluan aja.Nanti Mona nyusul” jawabku lemah.
“Ya udah,kakak duluan ya?” ucap kak Luna seraya pergi
.

Sepeninggal kak Luna,aku kembali sibuk pada fikiranku sendiri.Hatiku bergelora tetapi jiwaku berkelana.Entah apa yang ada dalam fikiranku saat ini.Yang jelas aku ingin bertemu dengan Rusmin,aku ingin menceritakan semuanya dengan dia,meskipun aku sendiri tak tahu apa reaksinya setelah aku menceritakan hal ini.Yang ku tahu saat ini adalah aku ingin dia tahu kalau aku sangat menyayangi dia,meski terkadang aku sadar aku tidak pantas untuk dicintai olehnya.Aku adalah perempuan yang di belenggu penyakit yang mungkin tidak akan lama lagi penyakit ini akan memisahkanku dari orang-orang yang menyayangiku.

Sudahlah Mona,kamu jangan terlalu memikirkan penyakitmu.Kamu harus percaya kalau penyakitmu itu pasti akan sembuh.Kamu tidak boleh putus asa.Masih panjang jalan yang harus kamu tempuh.Masih ada orang yang benar-benar menyayangimu,yang tidak ingin kehilangan kamu.Apa kamu ingin melihat mereka sedih karena kehilangan kamu? Mona,Lupakan penyakitmu sejenak,anggap saja kamu akan hidup selamanya,maka berusahalah untuk terus berjuang melawan penyakitmu”Bisik suara kecil dalam hatiku.
Akhirnya,dengan langkah yang seringan mungkin aku berjalan menuju meja makan.Di sana sudah ada ayah,bunda,Kak Luna dan Kak Almira.Aku pasang tampang sok serius yang sebenarnya aku sedang sibuk dengan fikiranku sendiri.

Oh ya,namaku Mona.Aku anak bungsu dari tiga bersaudara.Aku bersekolah di salah satu SMA ternama dikotaku.Kakak ku yang pertama Luna Mukhafaqoh,yang biasa di panggil Luna,sudah bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa dikotaku.Kakak ku yang kedua Almira Faizah sedang kuliah Jurusan Akuntansi di salah satu perguruan tinggi swasta di kotaku.
Bisa dibilang aku anak yang manja,karena semua yang aku inginkan harus dituruti.Aku tahu aku dibesarkan di lingkungan yang cukup mewah,maka dari itu aku tumbuh menjadi anak yang sedikit egois.Terkadang ,aku tak pernah mau mengalah biarpun itu dengan kakak ku sendiri.Tapi,tetap saja walaupun sifatku egois dan keras kepala,ayah dan bunda tetap saja mendidik ku menjadi anak yang shalihah.Kalau masalah agama,bisa di bilang imanku cukup kuat.Hehe.

Aku juga tahu kenapa ayah dan bunda selalu memanjakan ku,melebihkan aku dibanding kedua kakak ku,itu karena enam bulan berdasarkan diagnosa dokter rumah sakit dimana kala itu aku dirawat selama dua minggu aku divoMon dokter menderita penyakit kanker otak,dan diperkirakan umurku tidak akan lama lagi bertahan.Mungkin karena hal itu,sehingga kakak ku tak pernah berkomentar saat ayah dan bunda memanjakanku.
“Mona,kamu kenapa sayang,kok wajahmu pucat sekali?” Tanya bunda dengan nada khawatir.
“Mona nggak kenapa-napa kok Nda” jawabku dengan tersenyum.

Tiba-tiba kepalaku tersa sakit,seperti ditusuk ribuan jarum.Aku menggigit bibirku untuk menahan rasa sakit ini.
“Ayah,bunda.Kalau nanti Mona udah pergi,Mona minta tolong sama ayah dan bunda,jangan pernah ayah ataupun bunda memberitahu Rusmin tentang penyakit Mona.Mona nggak mau Rusmin menyesal telah mencintai Mona.Mona juga nggak mau buat Rusmin sedih dan mikiran Mona saat Mona udah nggak ada.” Kataku saat kami sudah selesai makan malam.
“Kamu kenapa bicara seperti itu sayang?” Tanya bunda seraya membelai kepalaku.
“Mona tahu Yah,Bunda.Umur Mona udah nggak lama lagi karena penyakit ini.Makanya Mona pengen sebelum Mona benar-benar menutup mata kelak,Mona pengen me nyampaikan hal ini sama ayah dan bunda” kataku memohon.
“Mona,percayalah Nak.Mona pasti sembuh kok.Ayah dan Bunda akan selalu memberikan yang terbaik buat Mona.Mona nggak boleh bicara seperti itu” ucap bunda dengan berurai air mata dan langsung memeluk ku.
“Mona nggak yakin Nda kalau Mona akan sembuh karena Bunda tahu sendiri,penyakit Mona udah stadium akhir,dan itu artinya umur Mona..umur Mona nggak lama lagi.” Kataku dengan tangis.
“Iya bunda tahu Nak,tapi bunda mohon jangan bicara seperti itu lagi ya.Bunda mohon dengan sangat.” Sahut bunda.

Aku mengangguk pelan,meski lagi-lagi kepalaku terasa sangat sakit.Aku meraih tangan bunda.Tiba-tiba dunia di sekelilingku sangat gelap dan aku tak ingat apa-apa lagi.Hanya teriakan bunda yang memanggil namaku.
“Mona…”
***

Pagi mulai menyapa,ku paksakan diriku bangun dari peraduan maski seluruh tubuhku terasa sangat lemah.Aku ingin memulai hari ini dengan sesuatu yang bisa membuat diriku akan bahagia.Aku ingin cepat-cepat sampai sekolah,aku ingin bertemu dengan seseorang yang sejak tadi malam menghantui anganku.
“Ayah,bunda..Mona pergi dulu ya” ucapku setengah berteriak.
“Iya.Hati-hati di jalan.Jangan lupa nanti siang obatnya diminum” pesan bunda.

Aku segera melangkahkan kakiku menuju teras rumah,Halid sudah menungguku dengan motornya.
“Cie,lagi happy ya Mon,kok tumben wajahmu ceria banget” ucap Halid.
“Pagi yang cerah harus di sambut dengan senyum yang cerah pula untuk menyongsong hari depan yang indah” ucapku puitis.
“Aduh susah ya,kalau bicara sama pujangga,pasti di jawab dengan puitis” dengus Halid kesal.

Aku hanya membalas dengan tersenyum.
“Berangkat sekarang yuk,nanti kita terlambat lagi..” ajak ku semangat.
Tanpa menunggu aba-aba lagi kami pun segera melaju menuju sekolah.Semoga hari ini akan membawa seribu harapan untuk hari depan kelak,seperti mentari yang selalu memberikan sinarnya pada bumi.Doaku dalam hati.

Sesampainya di sekolah,aku langsung menuju ruang kelasku dilantai 2 gedung sekolah.Namun,belum sampai di depan kelasku,sesosok tubuh yang ku kenal menghampiriku.Ya,aku tahu.Itu Rusmin.Seorang lelaki yang selama enam bulan terakhir ini sungguh menarikku dalam aura pesonanya.Matanya yang selalu memancarkan kasih sayang menatapku lembut.Aku sadar,perkenalanku dengannya masih terbilang belum lama.Saat itu aku tak sengaja menabraknya,karena aku terlalu terburu-buru hingga aku tak melihat dia yang sedang berjalan dengan arah yang berlawanan denganku.Kata maafpun seketika terlontar dari mulutku saat itu,tapi dia justru tak menanggapi permintamaafanku.Dia pergi begitu saja.Aku kesal padanya.Hingga keesokkan harinya,dia mendatangiku ke kelas.
“Mona,” ucapnya kala itu.
“Kamu ngapain kesini?” tanyaku polos.
“Maafin aku ya,karena kemarin aku pergi gitu aja waktu kamu ngucapin kata maaf samaku” ucapnya tenang.
“Ya,nggak papa kok” jawabku berbohong.Sebenarnya aku masih marah padanya.Enak aja,aku udah bener-bener minta maaf sama dia,eh dia malah nyuekin aku.”Emangnya kemarin kenapa?” sambungku berusaha dekat.
“Hmm..Kemarin aku lagi ada masalah sama Andini” jawabnya.

Aku sedikit mengenyitkan keningku.Siapa Andini?Maklum,aku tidak terlalu hafal nama-nama teman yang lainnya,biarpun satu angkatan.Walaupun aku terbilang aktif di berbagai kegiatan sekolah,tapi tetap saja kepribadianku ini yang tak bisa ku rubah.
“Andini itu siapa?” tanyaku.Aku berusaha menerka-nerka,Andini itu pasti kekasihnya,kalau tidak mungkin orang terdekat dihatinya.
“Andini itu pacarku” jawabnya.
“Ooowh” kilahku.Aku menatapnya lama.
“Mona,aku boleh jadi teman kamu”katanya.Tiba-tiba dia menatapku.Membuat jantungku melompat-lompat,karena sejak tadi aku menatapnya.Refleks,aku langsung mengalihkan pandanganku ke papan tulis.
“Aku butuh seseorang yang bisa jadi tempat curhat.Aku butuh seseorang yang bisa membuatku kuat buat ngejalani hari-hariku.” Sambungnya.

Aku bingung dengan pernyataanya,aku hanya tidak yakin bisa masuk dalam kehidupannya lebih jauh lagi.Ragu-ragu,akupun menjawabnya dengan anggukkan kecil.
“Makasih ya Mona.” Ucapnya.

Akupun tersenyum.Sejak saat itu hubungan kami menjadi lebih dekat.Aku sering meluangkan waktuku sejenak untuk dia bercerita padaku.Ya walaupun yang sering dia ceritakan padaku tentang hubungannya dengan Andini,tapi aku senang bisa menjadi seseorang yang dekat dengannya.Saat emosinya mulai memuncak,aku selalu mengarahkan arah pembicaraan ke mata pelajaran yang tentunya jauh berbeda.Aku hanya ingin dia fokus pada pelajaran.
“Nda” panggil sosok itu yang kini telah berada didepanku.Aku tersentak.Seketika buyarlah lamunan tentang perkenalanku dengannya.Mataku beralih pada sosok yang sedari tadi memenuhi fikiranku.
“Ya Rus” jawabku.
“Pagi-pagi nggak bolah melamun” sarannya.
“Iya-iya,” jawabku manja.
“Nda,ikut yuk” ajaknya.
“kemana?” tanyaku.
“Ayolah..”

Belum sempat aku mengiyakan.Tanganku sudah digandengnya.
“Kita mau kemana sih Rus” tanyaku
“Udah,ikut aja”

Setelah lama berjalan akhirnya kami sampai di sebuah taman.
“Rusmin,ngapain sih kamu ngajak aku kesini.Ini udah jam berapa coba?Nanti kita terlambat masuk kelas” ucapku berusaha mengingatkan Rusmin atas kelakuannya.
“Iya bawel,aku juga tahu.Tapi,apa kamu nggak punya sedikit waktu buat aku kali ini aja” kilahnya setengah memohon.
“Biarin bawel,yang penting tetep cinta” selaku dengan agak sedikit kesal.Enak aja aku dibilang bawel.Mendengar jawabanku Rusmin langsung tersenyum.
“Kamu benar cinta samaku?” tanyanya lembut.
“Iya,kalau nggak mana mungkin aku nerima kamu jadi pacarku” jawabku ngasal.

Aku mengerlingkan mataku.
“Kita ngapain sih kesini Rus?” sambungku.
“Aku mau ngomong sesuatu sama kamu”
“Mau ngomong apa sih.Emngnya penting banget ya Rus kok aku samapa di ajak kesini”kataku.
Rusmin hanya memandangku tersenyum.Rusmin,aku mau kamu tahu kalau aku pengen kita kayak gini terus.Sampai nanti,sampai waktuku telah usai.Sampai Allah memanggilku,kataku bergumam.Kami masih berjalan bergandengan menuju ke tempat Rusmin mengajak ku.

Tak lama kemudian Aku dan Rusmin sudah sampai disebuah pohon yang rindang.Disekelilingnya terdapat bunga mawar yang tumbuh dengan angkuhnya.Di dekat pohon ada sebuah kolam yang jernih.Percikkan air kolam menambah suasana menjadi sangat hening.Aku tak ingin apa yang Rusmin berikan padaku hari ini akan menjadi yang terakhir dalam hidup aku.Kalau aku boleh meminta pada Yang Kuasa aku ingin hidup lebih lama lagi kalau perlu seribu tahun lagi untuk bersama orang yang benar-benar mencintaiku setulus hati.
“Mona,aku sengaja ngajak kamu kesini karena aku pengen ngomong sesuatu sama kamu” katanya Rusmin membuka pembicaraan.
“Mau ngomong apa Rus” tanyaku berusaha santai.

Tiba-tiba kurasakan gerakan ragu-ragu darinya yang ingin lebih mendekatkan tubuhnya padaku.Rusmin menggenggam tanganku.
“Mona,maafkan aku” ucapnya lirih.
“Maaf untuk apa Rus” tanyaku penasaran.
“Aku sangat menyayangimu Mon.Aku nggak mau ninggalin kamu.” Jawabnya bimbang.
‘Maksud kamu apa Rus?Kenapa kamu ngomong kayak gitu?” tanyaku lagi.
“Aku tahu Mon,ini bakal ngejutin kamu.Tapi aku harus tetap cerita sama kamu.”

Aku makin kalut dengan apa yang dikatakan Rusmin.Apa maksudnya?kenapa dia ngomong kayak gitu.Apa dia mau ninggalin aku dan memutuskan hubungan ini?kalau emang iya lantas kenapa?
“Mona,maafkan aku sebelumnya.Kalau aku ingin mengakhiri hubungan ini.Ayah menyuruhku untuk memutuskanmu dan menjalin hubungan dengan gadis lain.Aku bingung saat ini,karena aku dihadapkan dengan dua pilihan yang sangat sulit.”
Air mataku langsung berderai seketika.Apa?Apa maksud dari semua ini?mengatakan hal yang sangat menyakitkan ditempat yang aku harapkan menjadi tempat terindahku bersama orang yang kucintai.Harapan untuk menjadikan hari ini hari terindah dalam hidupku seketika buyarlah sudah.Niat hati ingin memeluk gunung apalah daya tangan tak sampai.Kejadian yang seperti ini tak pernah terlintas dalam benakku sebelumnya.Aku ingin jika hubungan kami ini harus usai,aku ingin usainya dengan akhir yang bahagia tanpa harus ada paksaan karena ada tempat bagi orang ketiga.

“Aku tahu,aku udah mengkhianati cinta kita,aku udah menggoreskan luka dihati kamu,aku udah nyakitin kamu.Tapi satu yang harus kamu tahu.Aku memilih dia bukan atas dasar cinta,aku terpaksa Mon karena Ayah menyuruhku untuk menjalin hubungan dengannya karena dia terjangkit penyakit Leukimia yang membuat hidupnya tidak lama lagi.Dan permintaan terakhirnya sebelum dia pergi adalah dia ingin aku menjadi kekasihnya disisa umurnya.Aku mohon sama sama kamu Mon,tolong ngertiin aku.”
Air mataku tak dapat kubendung lagi dan akhirnya membentuk cabangnya di kedua mataku.Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan.Kekasih yang kucintai memilih wanita lain yang takdirnya sama denganku.Untuk saat ini aku benar-benar bingung.
Bel tanda masuk berdering.Aku tak peduli.Aku ingin semuanya tuntas dan tak ada yang disembunyikan dari kami sedikitpun.

Rusmin,kalau kamu memilih Dia hanya karena kamu lebih mengedepankan rasa kemanusiaan karena dia terjangkit penyakit,Lantas aku bagaimana?Aku ingin menceritakan tentang diriku sebenarnya sama kamu,tapi aku nggak sanggup Rus,aku takut perasaanmu ke aku akan berubah.Kalau kamu dulu mencintaiku dengan tulus,aku takut jika aku cerita sama kamu,kamu akan mencintaiku dengan rasa kasihan,Aku nggak mau Rus.Bisikku perlahan.
“Baiklah Rus,aku ngerti kondisi kamu saat ini.Dan jika aku berada di posisi kamu pun,aku akan melakukan hal yang sama.” Putusku akhirnya dengan mencoba memendam gejolak di dada.
“Makasih Mon.Aku akan selalu menyayangimu biarpun aku telah bersama orang lain,tapi aku tak akan pernah mencintainya seperti aku mencintaimu.” Kata Rusmin lembut seraya memelukku.
“Rus,aku harap kamu tak akan pernah melupakanku” pintaku padanya.
“Aku janji Mon,aku nggak akan pernah nglupakan kamu.Kamu berarti dan akan selalu terpahat dalam hatiku.” Katanya lembut.
“Rus,aku boleh tahu siapa cewek yang kamu pilih itu?” tanyaku di sela-sela tangisku.
“Untukmu apa yang nggak boleh” guraunya hangat.
“Iih,masih sempat-sempatnya bergurau” kataku cemberut.
“Dia orang yang sangat dekat denganmu Mon” jawabnya tenang.
“Siapa?” tanyaku lagi.
“Dia Asyifa” kata Rusmin perlahan.

Aku bagai disambar petir disiang bolong saat Rusmin mengatakan nama itu.Asyifa…ya Asyifa adalah sahabatku dari kecil.Memang sudah seminggu ini dia tak masuk sekolah.Tapi..Tapi tak pernah terlintas dalam fikiranku kalau orang yang selama ini dekat denganku menderita penyakit yang cukup mengerikan,orang yang sudah menjadi separuh hidupku justru menjalin hubungan dengan kekasihku,orang yang setiap hari menjadi tumpuan segala dukaku saat aku berselisih dengan Rusmin justru menginginkan Rusmin menjadi kekasihnya.Ya Allah cobaan apalagi ini?Kenapa Asyifa tak pernah memberitahuku tentang penyakitnya?Aku tak tahu bagaimana perasaanku saat ini.Marahkah atau sedihkah?Aku sedih karena sahabatku sedang kritis.Tapi aku juga tidak mungkin marah pada Asyifa orang yang begitu berarti dalam hidupku.

Aku hanya ingin,Asyifa bahagia bersama Rusmin dan semoga hal itu membuatnya akan tetap semangat untuk menjalani hari-harinya,meskipun aku tak tahu bagaimana perasaanku nanti ketika melihat mereka berdua bersama.Aku tidak mempedulikan bagaimana perasaanku,yang ku tahu adalah aku ingin Asyifa meraih mimpinya,yaitu bahagia bersama Rusmin.

Aku mengerti,ya sangat mengerti.Aku tak mungkin bersikap egois disaat seperti ini.Menginginkan Rusmin untuk tetap ada disampingku,itu mustahil.Itu sama saja dengan aku menghancurkan perasaan sahabatku sendiri.
“Rusmin,aku mohon sama kamu.Bahagiakan Asyifa.Jangan buat dia kecewa apalagi bersedih.Jangan buat dia menyesal karena telah mencintaimu.Aku ikhlas bila harus berpisah darimu asalkan Asyifa bahagia bersamamu.Rusmin kamu maukan?” ucapku memohon.
“Ya Monya,apapun akan aku lakuin.Demi kamu.” Ucapnya.

Aku memetik bunga mawar putih disampingku dan menyelipkan di telinga Rusmin.Sungguh,aku merasa hari ini adalah hari terakhir aku bersamanya,hari yang sesungguhnya ingin aku lalui dengan kebahagiaan,tapi justru tangis yang kudapat.
“Rusmin,jika hari ini hari terakhir aku bersamamu,maka aku ingin bunga inilah lambang cintaku padamu” ucapku pelan.
“Kamu ngomong apa sih?” Tanya Rusmin dengan nada kesal.
“Rus,jika aku diberi kesempatan aku ingin hidup seribu tahun lagi.Aku ingin menghabiskan sisa waktuku ini hanya bersamamu.Tapi aku tahu,aku sadar itu tak mungkin terjadi.”
“Udahlah Monya,kamu kalau ngomong nggak usah kayak gitulah.Kamu buat aku jadi ngrasa bersalah karena tidak memilihmu.”
“Nggak Rus,kamu nggak salah.Aku yang bersalah kalau aku terus berharap untuk bisa bersamamu.”
Rusmin terdiam dalam lamunannya.Aku tak tahu apa yang sedang difikirkannya.Perkataanku atau Asyifa yang kini sedang terbaring lemah denagn selang infus yang mengalirkan cairan ke dalam tubuhnya.

Maafkan aku Rus.Aku nggak bermaksud bikin kamu sedih.Aku hanya ingin mengucapkan apa yang selama ini mengganjal dihatiku.Banyak hal yang harus kamu tahu Rus mengenai diriku yang terbelenggu penyakit yang mungkin sebentar lagi akan merenggut nyawaku.Rus,sebenarnya aku bersyukur dengan berakhirnya hubungan kita ini,karena aku nggak mau kamu menyesal telah mencintaiku yang tak sempurna ini,aku nggak mau kamu sedih saat tiba waktu dimana aku sudah tak ada lagi di dunia yang Fana ini.Aku tidak ingin didetik-detik kematianku nanti aku mengecewakan orang yang sangat ku sayangi.Biarlah kita berpisah saat ini,karena aku takut kamu akan terpukul saat kamu tahu kita akan berpisah karena kematian.Maafkan Aku,kekasihku.Ratapku dalam hati.
“Rusmin..”panggilku
Sosok yang kusayang itu menoleh kearahku dan menatapku dengan senyum tulusnya.Aku tak sanggup bila harus menatapnya lama.
Tiba-tiba aku merasakan sakit kepala yang luar biasa.Aku menggapai-gapai tanganku kearah Rusmin persis orang buta yang kehilangan tongkat.Rusmin langsung memelukku yang sudah tak berdaya,aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi padaku,yang kutahu tubuhku rebah dalam pelukan Rusmin.

Rabu,06 Juni 2012,pukul 17.05
Ku buka mataku perlahan.Aku tak tahu dimana aku saat ini.Yang ku tahu aku seperti di sebuah alam yang Maha Luas tanpa batas.Apakah ini alam kematian?Hati kecilku bertanya lirih.
Tidaak..!!

Aku masih hidup..Aku belum mau mati..!!! Pekik ku tak tertahan.Ya Allah,dimana aku kini?
Suster yang datang ke kamarku bagaikan jelmaan malaikat suci yang ingin mencabut nyawaku.Jangan….jangan…Aku belum mau mati..Aku masih ingin hidup….!! Teriakku histeris.Sinar mentari yang tembus dari jendela kamar rumah sakit yang tersingkap tirai membuatku sadar kembali kalau aku masih hidup.
Tidak berselang lama suster itu pergi,Ayah dan Bunda menghampiriku.
“Alhamdulillah,kamu sudah sadar Nak..”ucap Bunda seraya memelukku.
“Bunda..Mona nggak mau mati Nda,Mona masih ingin hidup…” rengekku seperti anak kecil.
“Iya sayang Bunda tahu..Bunda tahu.” Kata bunda.

Aku menatap sosok Ibuku.Matanya semakin cekung karena jarang tidur,mungkin karena menjagaku setiap malam.Tangannya juga semakin ringkih.Ya Allah,betapa berdosanya Aku membuat ibuku menjadi seperti ini?Ibu yang melahirkanku,membesarkanku,mendidikku,dan memberikan nasehat-nasehat yang selama ini masih tercetak jelas dalam benakku.Ya Allah,beri aku kesempatan untuk membahagiakan ibuku,aku tidak ingin mati dalam keadaan berdosa pada ibuku.Bathinku miris.
“Bunda akan selalu mendoakan agar kamu sembuh Nak,kamu semangat ya Nak.Bunda tidak ingin kehilangan kamu” kata Bunda seraya memelukku.Ku rasakan bahuku terasa hangat karena tetesan air mata bunda.Sudah betapa banyak aku membuat air mata bunda menetes.Ya Allah,Ampuni dosaku karena sudah membuat air mata ibuku menetes karenaku.
“Ya,Nda.” Jawabku lemah.

Setelah itu,tak ada lagi percakapan antara aku dengan bunda maupun ayah,padahal boleh jadi inilah senja terakhir aku bersama kedua orang tuaku.Tal lama kemudian,samar-samar kudengar langkah kaki menuju kamarku,ternyata Kak Luna,Kak Almira,teman-temanku,dan Rusmin.Aku kaget saat Rusmin datang dan langsung memelukku.Pelukan erat dari Rusmin hanya ku balas dengan tenagaku yang tersisa.
“Mona,kamu harus kuat dan semangat ya.Aku janji aku akan selalu ada disini buat menjaga kamu.” Bisiknya dekat ditelingaku.
“Rusmin..kamu.Kamu kenapa kesini?Bukannya kamu…”

Belum selesai aku bicara,Rusmin sudah memotong pembicaraanku.
“Yang ku pentingkan sekarang adalah kamu dan hanya kamu.”

Aku tersenyum lemah.Tak berapa lama kemudian,ternyata kedua orang tua Rusmin juga datang menjengukku.
“Mona,kenapa kamu nggak pernah cerita samaku tentang penyakit yang kamu derita?” Tanya Rusmin lembut.
“Aku tak ingin kamu tahu keadaan aku yang sebenarnya,aku takut sikap kamu akan berubah saat kamu tahu hidupku tidak lama lagi.”
“Emangnya kenapa kalau aku tahu?Aku mencintaimu tulus.Aku tak pernah menginginkan yang lebih dari kamu.Buat aku kamu segalanya Mon,”
“Udahalh Rus,aku nggak mau bahas hal-hal yang menurutku itu adalah imipianku semata”
“Maksud kamu?”
“Kamu tahu kan Rus,aku di diagnosa dokter menderita penyakit kanker otak dan sudah parah.Dan itu artinya hidupku tak akan lama lagi.Maka dari itu,aku hanya menginginkan yang terbaik buat kamu.Kamu harus bahagiain Asyifa,perempuan yang sangat mencintaimu.”
“Aku tak ingin membahagiakan seseorang yang sama sekali tak pernah kucintai.Aku hanya ingin membahagiakan kamu perempuan yang kucintai sesungguhnya.”

Rusmin,Rusmin…kamu selalu saja membuatku tersanjung.Bathinku lemah.
“Rus,kalau nanti aku udah nggak ada.Aku harap kamu tabah ya.Menjalani hari-hari yang indah tanpaku lagi.” Pintaku.
“Monya,aku yakin kamu sembuh.Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu lagi”
“Rus,manusia hidup di muka bumi hanya sebagai lakon dalam suatu pentas.Setiap cerita,pasti ada akhirnya.Begitu juga usia manusia berakhir,tak ada yang tahu kecuali Allah Yang Kuasa.Semuanya akan menjadi teka-teki belaka yang akan semakin membuat kita bingung.Jika hari ini kita sedih,bukan mustahil hari esok kita akan bahagia.Kehilangan seseorang yang kita cintai itu bukanlah akhir dari segalanya.Pelangi masih akan selalu tersenyum setelah rintik hujan datang menghujam.”
“Mona,sudah.Cukup”
“Jangan salahkan Takdir jika hari ini kita kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup,karena percayalah akan ada seseorang yang datang menggantikan.Senja masih akan selalu menyapa hingga waktu telah letih berputar”
“Mona,cukup kataku.Cukup”
“Usia manusia sudah digariskan oleh Allah.Tinggal kita sendiri yang akan mempersiapkan apa yang akan kita bawa saat maut itu menjemput”
“Mona,..” ucap Rusmin seraya menangis.

Pukul 20.10
Aku merasakan sakit dikepalaku.Ku genggam tangan Rusmin yang disampingku.Merasakan genggaman tanganku Rusmin terbangun.
“Mona,,Kamu tenang dulu.Aku panggilkan dokter” kata Rusmin dengan panik.

Tak lama kemudian dokter yang memeriksaku pun datang.Dan langsung menyuntikkan cairan bening kedalam tubuhku.Jarum yang menusuk kulitku tak dapat kurasakan lagi.Dan dalam detik yang memuncak itu,aku berkata pada Bundaku.
“Bunda,ma..ma..afkan sega..la kesalahan Mona.Ni..Mona sayang bun..nda”

Bunda langsung memelukku.
“Rusmin,maaf..kan a..ku Rus.Rusakan aku pergi.Se..selamat tinggal”
Aku meninggal dalam pangkuan bundaku tersayang.Bunda,maafkan putrimu ini yang telah pergi sebelummu.Maafkan segala kesalahan Mona yang pergi tanpa pengabdian sedikitpun untuk Bunda.Bunda,Mona berharap kita akan kembali bertemu di dimensi waktu yang berbeda.
***

Dari dunia kecilku kini aku melihat seorang lelaki duduk bersimpuh menangis dan meratapi sebuah makam yang masih basah,di tangannya menggenggam sebuas kertas berwarna biru.
Pekanbaru,05 Juni 2012

Dear Rusmin Mahardika.
Rusmin,maafkan aku.Aku pergi lebih pagi sebelummu.
Banyak hal yang harus kamu tahu.Aku sangat menyayangimu,Rus.
Waktu kamu mengatakan bahwa kamu telah mendapatkan yang lebih baik dariku,hatiku sakit mendengarnya.Aku nggak mau kehilangan kamu yang terindah dalam hidupku.Aku nggak sanggup buat meRusakan kamu bersama Asyifa,biarpun dia adalah sahabatku sendiri.Aku harap kamu akan tetap menjadi Rusmin yang dulu seperti saat kita bertemu.Kamu harus tetap tegar dan bersemangat menjalani hari-harimi meski tanpaku lagi disisimu.
Kamu nggak boleh terus bersedih karena kalau kamu bersedih aku nggak tenang disini.Kamu harus meRusakan aku pergi untuk menjemput kebahagiaanku yang abadi.
Rusmin,.. Di hidupku yang singkat ini,aku hanya punya satu cinta.Yaitu kamu,cinta pertama dan terakhirku.Aku nggak akan pernah nglupain kamu.
Oh ya Rus,aku titip Suci kita ya.Rawat dan jangan lupa siram dia setiap pagi.Jangan sampai dia mati,karena suci adalah lambang cinta tulusku padamu.
Udah dulu ya Rus,aku capek mau istirahat.Aku akan selalu menyayangimu,Rusmin.Biarpun kita sudah terpisahkan oleh jarak dan waktu tapi aku akan selalu mencintaimu.I Will Always Love You Until Here After.

Ku Nanti Kau Disana. Dariku,Mona
“Kenapa kamu pergi secepat ini Mon,” rintih lelaki itu seraya memeluk batu pusara yang bertuliskan nama Mona Mar’atus Shalihah.Nama kekasihnya yang abadi dihatinya.
“Aku janji Mon,aku akan bersemangat menjalani hari-hariku didepan sana meski tanpamu lagi.Aku akan meraih cita-citaku dan membahagiakan kedua orang tuaku.Bukankah itu yang kamu harapkan dariku?”
“Rusmin,pulang yuk” ajak seorang wanita yang ternyata adalah Asyifa.

Lelaki itu mengangguk pelan dan berdiri meninggalkan makam kekasihnya.
“Mona aku sayang kamu” ucap lelaki itu seraya melangkah pergi.
“Selamat tinggal Mon…tidak.Bukan selamat tinggal tapi selamat jalan.Selamat jalan saudaraku,selamat jalan sahabatku,selamat jalan kekasihku.Kita akan tetap berjalan bersama,walau tak bergandengan.Kau jalani jalanmu dan aku akan jalani jalanku.Aku masih harus terus berjalan walau kini kau tak mungkin lagi mengulurkan tanganmu saat aku terjatuh,walau tak akan ada lagi yang akan merangkulku dalam perjalanan ini,walau kau tak mungkin bisa lagi memapahku saat aku letih,walau tak akan ada lagi senyum indahmu yang mampu membuatku tegar.Aku masih akan terus berjalan,menatap kedepan karena masa depanku menungguku.” Ucap lelaki itu seraya melangkah pergi meninggalkan sejuta kenangan yang terasa menyedihkan.

Kini Mona telah tertanam dibawah tanah untuk selama-lamanya.Meninggalkan jejak kenangan indah di hati Rusmin.Perjalanan hidupnya mencatat sebuah pengorbanan cinta demi sahabatnya.Bagi Rusmin,terlalu pagi kepergian Mona dari sisi Rusmin.Kepergian Mona memberikan sebuah pelajaran hidup tentang arti sebuah persahabatan,percintaan dan mencintai seseorang meski dengan segala keterbatasan.

**THE END** 



Parepare 2-5-2013 Kost kecilku

Related Posts: